Posted in Uncategorized

Home Treatment Diare

Baru saja beberapa menit yang lalu, salah seorang sepupu yang sebaya denganku datang tiba-tiba, langsung menangis sambil bercerita anaknya -perempuan umur 4 tahun-  lemas. Aku pun langsung jantungan,”Lemas kenapa?” Katanya anaknya mencret terus. Oooh..diare,pikirku. Bukannya menyepelekan, tapi aku tadinya mikirnya penyakit yang parah gitu. Jantungku masih berdebar-debar juga, sambil mengingat-ingat ilmu home treatment diare yang pernah kubaca dari milis Sehat. Wah, kok jadi lupa ya? Bukan anak sendiri yang sakit, tapi info yang udah didapat hilang semua. Setelah tarik nafas panjang, mulai ingat. Oh iya,dikatakan diare kalau: BAB cair tanpa ampas, dan BAB lebih 6 kali sehari. Kedua syarat ini harus dipenuhi, kalau cuma satu berarti bukan diare. Setelah memoriku kembali, langsung kasih saran ke si ibu yang panik. Anak diare harus dijaga agar tidak dehidrasi. Pada dasarnya, diare adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan racun dalam tubuh. Nah, kalau sudah diare, maka anak (bahkan kita orang dewasa juga!) harus diberi cairan yang banyak sebagai pengganti cairan yang dikeluarkannya lewat feses. Minum air putih yang banyak, trus minum oralit yang banyak! Kalau anaknya masih mau makan ya bagus. Kalau cepat diberi tindakan, anak diare gak perlu dibawa ke dokter. Lalu sepupuku itu berkata kalau anaknya itu udah mencret 4 hari, ini hari kelima. Plus tadi katanya udah lemas, berarti udah dehidrasi. Yaaah..aku gak bisa berkata apa-apa lagi. Berarti memang harus dibawa ke dokter. Kalau udah ke dokter, pasti dikasih obat macem-macem, terkadang obat yang gak perlu juga dikasih. Biaya jadi keluar banyak, padahal sepupuku ini single parent yang kerja di pabrik, berapalah gaji dari pabrik. Tapi dia gak bisa disalahkan juga. Menjadi single parent gak mudah. Info-info home treatment seperti ini pun kudapatkan setelah ikutan milis. Ibu-ibu yang gak bisa mengakses internet ya jadi gak dapat info. Sementara sebagian dokter yang gak bertanggung jawab terus memberikan obat yang gak perlu. Hhhhhh….-sigh-  

Akhirnya aku buka-buka lagi file yang kudapat dari Milis Sehat. Menurut dr. Purnamawati (salah seorang dokter yang mengasuh milis ini), penyebab diare adalah:

  • 80% penyebab diare pada anak,terutama bayi, adalah virus. Dikenal juga dengan ROTAVIRUS.
  • Food poisoning (keracunan makanan)
  • Alergi makanan
  • Pemakaian antibiotik

Nah, kalau penyebabnya adalah virus, berarti tidak perlu antibiotik. Karena antibiotik itu adalah treatment untuk penyakit yang disebabkan bakteri.

Bagaimana home treatmentnya? Home treatment jika anak/bayi diare, harus dijaga agar tidak dehidrasi:

  • Teruskan ASI(obat paling mujarab!), campur dengan Oral Rehydration Solution (ORS) seperti pedialit atau oralit.
  • Perbanyak minum
  • Bila diare hebat, fokus pada usaha rehidrasi (menjaga agar tidak dehidrasi). Kalau perlu, untuk sementara waktu tidak perlu makan sampai dehidrasi teratasi.

Walaupun bisa home treatment, tetap orang tua harus observasi, karena kondisi tertentu mengharuskan kita membawa anak ke dokter, yaitu:

  • Ada darah di tinja atau tinja berwarna hitam
  • Tanda-tanda dehidrasi berat: tidak buang air kecil di atas 8 jam, bibir kering, air mata kering ketika menangis, jika kulit tangan dicubit tidak akan kembali seperti semula, mata cekung, abdomen (sekitar perut) cekung, ubun-ubun pada bayi cekung
  • Luar biasa mengantuk, sulit dibangunkan
  • Luar biasa lemas,layu

Nah, setelah paham home treatmentnya, ternyata masih ada prinsip-prinsip yang penting dipahami juga, yaitu:

  •  Umumnya tidak perlu diberi antibiotik, antibiotik hanya bila tinja berdarah (butuh evidence/lab). Pada banyak kasus, antibiotik justru akan memperparah diarenya. Belum lagi pemakaian antibiotik tidak pada tempatnya akan menyebabkan infeksi tambahan oleh jamur/fungus/candida
  • Jangan minum obat untuk menghentikan diare seperti primperan, motilium, juga tidak perlu minum Kaopectate, smecta, ensim, dsb.
  • Pada diare biasa, tidak perlu mengganti susu formula.
  • Dan ingat! Jangan memberikan obat anti muntah

Yang paling penting, ketika anak diare, ibu bapaknya jangan panik! Kalau panik, ya bisa lupa semua info di atas 😀

*semoga keponakanku gak apa-apa dan cepat sembuh. Amin.

Posted in Ayo Nyanyi!, Uncategorized

Cicak di Dinding

Setelah kata ‘mamam’, kata kedua Rasha adalah ‘hap’. Lho? Yah, ‘hap’, dari lirik lagu Cicak di Dinding ini.

 

Cicak di Dinding

Cicak cicak

di dinding

Diam-diam merayap

Datang seekor nyamuk

Hap!

Lalu ditangkap

Rasha suka sekali lagu ini. Dan suka sekali bilang ‘hap’.

Pernah dia terbangun di tengah tidur malamnya, guling ke kiri ke arahku, bilang ‘Hap!’, guling ke kanan,lalu tidur lagi.

Hehehehe…

Posted in Belajar Masak

Belajar Masak :)

Beginilah nasib seorang perempuan yang gak bisa masak bernama Saufa -lebay-.

Niatnya belajar masak segera setelah ada rencana menikah. Maksudnya supaya bisa masakin yang enak-enak buat suami nanti. Niat tinggal niatan, karena sibuk ngurusin ini itu persiapan pesta, plus aktivitas yang lama masih tetep jalan…yaah, ditundalah belajar masaknya. Setelah nikah, membuat niat baru : “Yak, setelah ‘bulan madu ecek-ecek’ ke Calang, aku akan belajar masak”. Sukses? Enggak. Ternyata setelah bulan madu yang ecek-ecek tadi, diriku langsung hamil (hoho!), mual-mual,lemas..Makan aja gak selera, apalagi belajar masak! Setelah anak lahir, memasuki 6 bulan, tuan putri Rasha akan segera makan. Yaaaa..kali ini harus belajar masak! HARUS!

Maka dengan berbekal tepung beras merah (masih dibuatin neneknya Rasha) dan pengalaman 1 kali melihat pembuatan bubur tepung beras merah di hari sebelumnya, suatu pagi aku berdiri dengan canggung di depan kompor. Bahan yang diperlukan: 2 sdm tepung beras merah dan air….mmm sebanyak apa ya perlunya? Bingung. Pakai feeling ajalah. Ternyata feelingnya salah, wakakakak! Soalnya airnya kebanyakan! Karena panik, akhirnya percobaan pertama dibuang dengan sukses. Untung percobaan kedua -dengan air yang dikurangi- berhasil. Kalo diingat sekarang, kok bego kali lah aku ya.. kenapa harus dibuang? Ya tinggal ditunggu aja sampe airnya nyusut, toh nanti jadi bubur juga! Hehehe…

Empat hari masak bubur beras merah, aku semakin ahli -halah-. Lalu dilanjutkan dengan pure alpukat, pure terong, pure kacang polong, bubur sup, bubur tahu, pindang ikan, nasi tim dengan sup tomat kacang merah,semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kemampuan makan Rasha. Sekarang udah pede nongkrongin dapur, kletak kletok, masak ini itu, walaupun masih untuk Rasha,hehe.

Buat orang lain yang udah biasa masak hal seperti ini mungkin bukan hal istimewa. Tapi buatku ini benar-benar istimewa. Aku mulai dari masak yang saaangaat simpel, belajar terus, coba lagi, akhirnya mulai bisa. Walaupun belum ahli, walaupun masih nyontek resep orang lain, walaupun semuanya masakan untuk bayi. Aku belajar dari mana saja. Tanya ibu dan tante, ikutan milis, beli buku resep, hunting di internet. Dan sangat membahagiakan kalau Rasha suka masakan yang kubuat. Hal ini menjadi hiburan buatku.  Sejak melahirkan, aktivitas lama belum bisa berjalan seperti biasanya. Rasanya aku kok jadi kurang produktif ya. Tapi untungnya, ada juga kemajuan yang kubuat. Yaitu udah mulai bisa masak!

Posted in Kampanye ASI

Breastfeeding Father….Emansipasi Pria

Breastfeeding=menyusui.

Breastfeeding father=ayah menyusui?

Hehehe…Tidak persis seperti itu. Breastfeeding father adalah seorang ayah yang memberikan dukungan penuh kepada istrinya dalam proses menyusui. Baik itu ibu yang di rumah saja, ataupun ibu bekerja, peran ayah sangat penting untuk menyukseskan bayi mendapat ASI eksklusif (6 bulan pertama) dan ASI lanjutan hingga 2 tahun.

Peran ayah dimulai saat ibu mulai hamil.

Pertama, mulailah mencari informasi tentang proses menyusui, bagaimana menyukseskannya, apa itu IMD. Biasanya, para calon ibulah yang sibuk membaca dan mencari info dari manapun. Tak apa, jika para calon ayah sibuk dengan pekerjaan (tentunya mencari nafkah untuk anggota keluarga yang akan segera bertambah ini!), paling tidak ikutlah membaca buku-buku yang dibeli calon ibu, atau dengarkanlah ketika ia membagi informasi yang didapatkannya. 

Kedua, dukunglah ibu dalam melakukan IMD. Tidak semua dokter, perawat dan rumah sakit mendukung penuh IMD yang benar. Jika itu terjadi, maka peran ayah sangat besar untuk ‘menuntut’ pelaksanaan IMD di rumah sakit.

Setelah melahirkan…

Please,please,please, berikanlah kenyamanan untuk si ibu baru. Para ibu baru mengalami kelelahan dan stres pasca melahirkan disebabkan oleh perubahan hormon, bayi yang terbangun (berkali-kali) pada malam hari –atau malah tidak tidur sama sekali!- luka pasca melahirkan yang belum sembuh dan popok yang harus diganti belasan kali! Tidak perlu jadi superhero,biarkanlah rumah/kamar sedikit berserakan, atau bantulah ia membereskan sedikit. Sesekali bantulah mengganti popok. Atau pijatlah pundak dan punggung si ibu baru yang pasti lelah karena menyusui terus menerus. Ambilkan minum ketika ia menyusui (ibu menyusui harus banyak minum!).  Apa saja yang membuatnya rileks dan tersenyum.  Mengkritik dan memarahi si ibu baru karena salah menggendong, karena bayi menangis terus  atau karena bersikap manja? IT’S A BIG NO! Saat ini, si ibu baru sedang menyesuaikan diri dan belajar memahami bayi, dan yang paling dibutuhkannya adalah dukungan dari suami tercinta. Bahkan meskipun ini bukan kelahiran pertama, ibu membutuhkan peran ayah dalam mengurus dan menenangkan anak-anak sebelumnya. Tentu saja, mungkin kita mendapat bantuan dari orang tua ataupun asisten/babysitter, tapi tentunya ibu akan lebih bahagia jika sang suami memberikan perhatian yang cukup pada dirinya yang tengah lelah.

Jika ibu sudah mempunyai tabungan ASI Perah (ASIP), sesekali ayah dapat menggantikan ibu memberikan ASIP pada bayi, dan ibu bisa beristirahat sejenak. Hmm.. pada kasus ini sepertinya ayah memang bisa menggantikan ibu ‘menyusui’ si bayi ^_^. Salah seorang familiku, memerah ASI saat sedang co ass, kemudian suaminya tiap hari menjemput hasil perahan dan mengantarkan ke rumah untuk sang bayi. What a great breastfeeding father!

Banyak sekali peran ayah dalam membantu menyukseskan program menyusui ibu. Yang paling utama tentunya membuat ibu merasa nyaman, rileks, tidak stres dan terlalu kelelahan terutama pada bulan pertama bayi lahir. Ibu yang merasa nyaman, rileks dan bahagia akan memproduksi lebih banyak ASI. Jadi, agar bayi sukses mendapat ASI, ibu harus sukses menyusui dan para ayah harus menjadi breastfeeding father yang jempolan!

 Peran ayah tidak lebih besar atau lebih kecil dari peran ibu, namun berbeda.

Para ayah…come on,be a great breastfeeding father! 

Sumber:

www.parentingislami.wordpress.com

Sears, William, M.D. & Sears, Martha, R.N. 1992. The Baby Book. Jakarta: Serambi.